About me

Feeds RSS
Feeds RSS

Kamis, 13 Maret 2014

CARA MENGGANTI TEMPLETE PADA BLOG


Berikut adalah langkah – langkah untuk mengganti template dengan menggunakan template yang menarik dari penyedia template gratis:
1. Download template yang ingin di gunakan.


2. Save File lalu pilih Ok


3. Ekstrak file yang di download tadi, karena file yang akan kita upload ke blogger hanya file yang berekstensi .xml.

   


 4. ogin ke Blogg




5. Klik Template.



6. Klik Cadangkan/Pulihkan yang ada dibagian atas kanan.
 


 7. Untuk jaga-jaga backup template Anda terlebih dulu, klik Unduh Template Lengkap:
 
8. Klik tombol Browse, pilih file template yang tadi telah diekstrak.















9. Kemudian klik tombol Unggah.




10. Tunggu sampai proses selesai. Setelah itu lihat hasilnya pada Blog Anda.



SELAMAT MENCOBA DAN SEMOGA BERMANFAAT

Penyebab Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah

Penyebab Kualitas Pendidikan di Indonesia Rendah

Mulai tahap SD hingga SMA, dianggap masih lemah dalam banyak hal dibanding negara lain. Mulai dari sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan serta kompetensi para lulusannya.

Menurut Ketua BAN-S/M, Abdul Mukti, dalam konferensi pers mengenai Analisa Hasil Akreditasi 2008-2012, di Badan Akreditasi Nasional Sekolah, di Gedung Mandikdasmen Kemdikbud, Jalan RS Fatmawati, Jakarta Selatan Rabu (26/12) : 
“Di tingkat SD/MI/SMP dan SMA hampir semua sekolah yang terakreditasi memiliki titik lemah pada standar kelulusan, standar sarana dan prasana dan tenaga pendidik dan kependidikan.

 Inilah beberapa penyebab kenapa mutu pendidikan di Indonesia berkurang: 

1.     Pembelajaran hanya terpaku pada buku paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak, karena pembelajaran di sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an, pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak mencari sumber referensi lain.

2.     Mengajar Satu Arah
Metode pembelajaran yang digunakan guru yaitu metode berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit.  Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?

3.     Kurangnya Sarana Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal jauh dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.

4.     Aturan yang Mengikat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah seharusnya memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Agar pembelajaran yang di lakukan sesuai dan selaras dengan keadaan sekolah itu sendiri.

5.     Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

6.      Metode Pertanyaan Terbuka tak Dipakai
Dalam setiap ujian, siswa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.

7.     Budaya Mencontek

Budaya menyontek memang sudah melekat di bebrapa siswa di Indonesia. Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau “guru juga menyontek” ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.